Jumat, 24 April 2009

Konflik Keorganisasian

KONFLIK KEORGANISASIAN

Untuk dapat berkembang dan bertahan, setiap organisasi perlu memenaje kerja sama dan persaingan antara para kelompok kepentingan.
Masing-masing kelompok kepentingan memiliki tujuan-tujuan dan kepentingan mereka sendiri yang agak tumpang tindih dengan tujuan-tujuan dan kepentinga-kepentingan kelompok-kelompok lain, karena semua kelompok kepentingan memiliki kepentingan bersama dalam kelangsungan organisasi yang bersangkutan.

Model Konflik dari Pondy (Pondy, 1967 : 296-320)

Tahap 1 : Konflik Laten
Tidak terdapat adanya konflik terbuka, tetapi ada potensi untuk konflik karena macam-macam faktor.
Tahap 2 : Konflik yang dipersepsi
Subunit-subunit makin menyadari adanya konflik dan mereka mulai menganalisisnya. Konflik bereskalasi sewaktu kelompok-kelompok bertengkar dengan konflik.
Tahap 3 : Konflilk yang dirasakan
Subunit-subunit bereaksi secara emosional terhadap satu sama lain dan sikap-sikap mulai terpolarisasi:”Kita berhadapan dengan mereka” apa yang semula timbul sebagai masalah kecil bereskalasi menjadi konflik besar.
Tahap 4 : Konflik yang termanifestasi
Subunit-subunit berupaya untuk bertempur. Pertempuran dan agresi tersebut bersifat umum dan efektifitas keorganisasian menyusut.
Tahap 5 : Sesudah konflik terjadi
Konflik diselesaikan dengan cara yang menyebabkan subunit-subunit merasa ingin menentang atau ingin bekerja sama.